BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya tersebut akan sia-sia
apabila tidak dimanfaatkan secara potensial. Sumber daya potensial tidak hanya
berasal dari sumber daya alam, tetapi juga berasal dari sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang dibutuhkan tidak harus berkuantitas besar, tetapi juga
harus memiliki kualitas tinggi. Oleh karena itu, apabila kedua sumber daya
potensial ini digabungkan maka akan dapat mengembangkan pertanian Indonesia.
Pertanian
merupakan tulang punggung perekonomian. Pertanian mensuplai bahan pangan, bahan
baku industry, dan tekstil. Peran pertanian dalam mensuplai bahan pangan sangat
besar. Dalam suplai bahan pangan ini, komoditas hortikultura berperan relatif
besar.
Hortikultura
merupakan kegiatan budidaya tanaman dalam skala yang lebih padat modal, padat
tenaga kerja, dan lebih intensif, karena mutu hasil merupakan tujuan akhir dari
suatu budidaya tanaman. Walaupun
begitu, budidaya hortikultura akan
menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Komoditas hortikultura mencakup
komoditas buah, sayur, tanaman hias, dan tanaman obat.
Produk
hortikultura mempunyai karakteristik yang berbeda dari produk agronomi.
Komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup atau masih segar,
perisibel, dan mempunyai kandungan air yang tinggi. Contoh komoditas
hortikultura seperti sawi, kangkung, tomat, cabai, jambu, dan sebagainya.
Dalam
budidaya hortikultura, karakteristik tanaman harus diketahui. Contohnya tomat
tidak cocok pada tempat yang tergenang air, sawi tidak cocok pada tanah yang
terlalu sering ditanami. Hal ini diperlukan agar didapatkan produk akhir yang
optimal. Selain itu dalam budidaya hortikultura juga harus diperhitungkan jenis
varietas yang cocok dan unit lapang yang akan di berikan.
Untuk
menunjang pemahaman tentang hortikultura maka diadakan praktikum dasar-dasar
hortikultura. Paraktikum dasar-dasar hortikultura ini memepelajari tentang cara
budidaya tanaman hortikultura, karakteristik tanaman, OPT, dan manajemen pengolahan
budidaya hortikultura. Walaupun tidak semua komoditas hortikultura dipelajari.
Mahasiswa dituntut bekerja dengan rajin, terampil, tangkas, dan dapat kerjasama
kelompok dengan baik. Setiap mahasiswa dituntut untuk terlibat langsung dalam
setiap tahap atau proses kegiatan mulai dari persemaian sampai panen dan pasca
panen.
B. Tujuan
Tujuan
praktikum dasar-dasar hortikultura ini adalah untuk mengetahui dan
mengaplikasikan cara budidaya tanaman hortikultura, mengetahui karakteristik
tanaman hortikultura. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui
manajemen pengolahan budiadaya hortikulura.
Adapun
kompetensi yang ingin dicapai pada praktikum
ini adalah sebagai berikut:
a) Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tentang teknik budidaya tanaman yang di laksanakan di greenhous
b) Mahasiswa dapat memahami dan mempraktekkan
kembali di lapangan dari apa yang telah di peroleh ketika melaksanakan
praktikum di greenhouse
c) Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
perbedaan pada budidaya tanaman yang di laksanakan di greenhous dengan budidaya
tanaman pada lahan atau area terbuka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan jagung telah
dikenal luas oleh masyarakat kita. Bahkan sehari-hari kita sering menjadikannya
makanan pokok. Mungkin sebagian dari kita telah mengetahui, pernah melihat
tanaman jagung.
Jagung merupakan tanaman semak, semusim dengan tinggi kurang lebih 2.5 cm.
Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan
licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 20 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi
rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris,
panjang kurang lebih 20 cm, dan berwarna hijau.
Bunga
tanaman ini terdapat pada ketika daun, majemuk, tangkai silinder, panjang kurang
lebih 24 cm, berwarna hijau kekuning-kuningan, mahkota berbentuk kupu-kupu,
berwarna mirah keunguan,kuning, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2
cm, berwarna mirah, kepala sari mirah, putilk bertangkai, berwarna kuning,
panjang kurang lebih 12 cm, dan berwarna ungu. Bunga jagung mulai tampak pada umur 4-6 minggu setelah kecambah muncul dan mekar pada pagi hari. Panen sering dimulai sekitar
70 hari setelah tanam dan dapat berlanjut selama 25-30 hari.
Umur simpan jagung, Hal
ini disebabkan oleh tingginya respirasi dan cepat layu. Walaupun penyimpanan
suhu rendah dapat dapat memperpanjang umur simpan jagung setelah dipanen,
jagung peka terhadap kerusakan suhu rendah dan bahkan rusak jika disimpan pada
suhu dibawah 10oC selama beberapa hari.
Akarnya
tunggang berwarna coklat muda (Hutapea etal 1994). Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol atau
lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan
drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat Celcius,
iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum
kurang dari 800 m dpl.
Jagung dapat diperbanyak
dengan biji. Biji yang dijadikan bibit hendaknya diambil dari buah yang masak
di pohon. Tanaman yang diambil benihnya adalah tanaman yang tumbuh sehat.
Jagung yang bijinya dijadikan benih adalah jagung yang sehat dan mulus. Jagung
tersebut dibiarkan sampai kulit luarnya mengering. Jagung yang masak di pohon
ini harus sehat dan mulus. Untuk satu hektar lahan, dibutuhkan benih sekitar
15-20 kg. Benih kacang yang disimpan sering dirusak hama gudang sehingga perlu
perlakuan benih dengan menggunakan Sevin atau Ridomil. Untuk setiap kg benih
dibutuhkan 1-2 g pestisida tersebut yang dilarutkan dalam satu liter air. Benih
direndam sekitar tiga menit dalam larutan, lalu diangin-anginkan dan disimpan.
Penanaman dilakukan
setelah lahan diolah dan digemburkan, lalu dibuat lubang tanam dengan tugal.
Jarak tanam antarbaris 75 cm, dan jarak antar tanaman 25 cm. Masukkan 2-3 butir
benih ke dalam lubang: Kemudian lubang ditutup dengan tanah tipis-tipis tanpa
dipadatkan. jagung tidak harus ditanam dalam bedengan. Bila ingin membuat
guludan dalam barisan cukup dengan menaikkan tanah di kiri-kanan tanaman
sehingga barisan menjadi lebih tinggi.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
Praktikum penanaman jagung hibrida
pada greenhouse dilaksanakan di laboratorium pembarantasan hama dan penyakit. Praktikum
ini dilaksanakan pada akhir semister tiga.
Alat yang digunakan pada praktikum
penanaman jagung hibrida di green house adalah cangkul, polibek dan ember. Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung hibrida, air ,arang
sekam dan pupuk kandang.
C. Prosedur
Praktikum
Dalam praktek penanaman jagung
hibrida di greenhous, ada beberapa tahapan yang kami lakukan yaitu :
a.
Membuat media
tanam dengan bahan-bahan yang telah tersedia seperti Tanah, pupuk organik dan
arang sekam yang kemudian di olah hingga benar-benar tercampur dan merata
b.
Memasukkan
campuran dari bahan-bahan diatas kedalam polibek kemudian di siram secukupnya
c.
Melakukan
penanaman jagung hibrida pada masing-masing polibek dua butir jagung
d.
Setiap dua
hari sekali kami mengontrol, menyiram dan meneliti secara bergantian dan
berkala untuk mengetahui pertunbuhab dan perkembangan serta kendala-kendala
yang terjadi pada tanaman jagungtersebut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Hasil Pengamatan dalam tabel 1 pertumbuhan tinggi tanaman jagung dengan
menggunakan pupuk organik maka bisa di lihat tabel berikut
Hari ke – 1
|
Tinggi tanaman ke-n
(cm)
|
||
1
|
2
|
3
|
|
1
|
0,1
|
0,3
|
-
|
2
|
0,2
|
0,4
|
0,1
|
3
|
0,3
|
0,5
|
0,2
|
4
|
0,5
|
0,7
|
0,4
|
5
|
0,7
|
0,8
|
0,6
|
6
|
1
|
I,2
|
0,9
|
Hasil Pengamatan dalam tabel 2 pertumbuhan jumlah daun tanaman jagung hibrida
dengan menggunakan pupuk organik maka bisa di lihat tabel berikut :
Hari ke – 1
|
Jumlah daun tanaman
jagung ke-n (meter)
|
|||
1
|
2
|
3
|
||
1
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
1
|
1
|
-
|
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|
5
|
4
|
3
|
2
|
|
6
|
6
|
4
|
3
|
Hasil
Pengamatan dalam tabel 3 tinggi dan jumlah daun pada tanaman jagung dengan menggunakan pupuk
organik maka bisa di lihat tabel berikut :
Hari ke - 1
|
Tanaman ke-----------
|
||
1
|
2
|
3
|
|
Tinggi tanaman
|
28 cm
|
39 cm
|
22 cm
|
Dan jumlah daun
|
14
|
10
|
6
|
B.
Pembahasan
Green
house atau yang dikenal dengan rumah kaca saat ini bukanlah barang baru bagi
pelaku agribisnis, terutama agribisnis hortikultura seperti sayuran dan tanaman
hias. Meskipun demikian, hal itu tidak menjamin bahwa semua petani Indonesia
mengerti dan mengetahui tentang green house ini. Jangankan tahu manfaatnya,
bahkan mungkin melihatnya saja belum pernah. Berdasarkan pertimbangan
tersebut,dalam bahasan ini akan diulas gambaran umum mengenai apa sebenarnya
dan manfaat dari green house sebagai penunjang agribisnis kita.
Green
house modern telah dilengkapi pengatur suhu, air maupun kelembaban. Rumah kaca
atau green house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri atau
terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh
pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga dengan peralatan
pengatur temperature dan kelembaban udara serta distribusi air maupun pupuk.
Bangunan ini tergolong bangunan yang sangat langka dan mahal, karena tidak
semua tempat yang kita jumpai dapat ditemukan bangunan semacam ini. Green house
biasanya hanya dimiliki oleh Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan, Balai
Penelitian dan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis perbenihan, bunga dan
fresh market hortikultura. Namun di negara-negara pertanian yang sudah maju
seperti USA, Australia, Jepang dan negara-negara Eropa sebagian besar tanaman
hortikulturanya ditanam di rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
greenhouse di mancanegara sudah umum dilakukan. Bahkan mungkin sudah berpuluh
tahun sebelum negara kita mengadopsi tekhnologi tersebut.
Rumah kaca/green house yang digunakan di Indonesia sebagian besar digunakan
untuk penelitian percobaan budidaya, percobaan pemupukan, percobaan ketahanan
tanaman terhadap hama maupun penyakit, percobaan kultur jaringan, percobaan
persilangan atau pemuliaan, percobaan hidroponik dan percobaan penanaman
tanaman diluar musim oleh para mahasiswa, para peneliti, para pengusaha dan
praktisi disemua bidang pertanian.
Green house sebagai sarana penunjang agribisnis hortikultura sangat
mendukung upaya peningkatan produksi dan kontinyuitas produk
Sebenarnya ide awal untuk pembuatan bangunan green house di Indonesia
dilatarbelakangi oleh kegiatan penelitian yang dilakukan lembaga penelitian
maupun dunia pendidikan. Kegiatan penelitian yang dimaksud disini adalah
kegiatan mencari jawaban atau mencari solusi / jalan keluar atau pemecahan
terhadap suatu kasus. Sebagai contoh, bila kita ingin mencari uji ketahanan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tertentu. Adanya green house yang
mampu menciptakan iklim yang bisa membuat tanaman mampu berproduksi tanpa kenal
musim ini ternyata juga mampu menghindarkan dari serangan hama dan penyakit
yang tidak diujikan. Selain itu dengan adanya green house penyebaran hama dan
penyakit yang diujicoba dapat dicegah . Hal ini berbeda dengan percobaan yang
dilakukan di luar green house dimana dalam waktu yang sangat singkat hama dan
penyakit dapat cepat menyebar luas karena terbawa angin maupun serangga.
Sejalan dengan bertambahnya waktu dan tingginya serapan tekhnologi
pertanian, peranan green house bagi dunia pertanian kita semakin lama semakin
dibutuhkan. Dengan semakin maraknya pembangunan perumahan maupun kawasan
industri akhir-akhir ini membuat lahan pertanian makin berkurang. Padahal
kebutuhan akan pangan di dalam negeri semakin lama semakin besar dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan pemikiran itulah penggunaan
green house untuk kegiatan bisnis pertanian semakin diperlukan. Pemikiran
pengembangan green house untuk agribisnis hortikultura yang didasari pada keinginan
pemenuhan kebutuhan produk pertanian yang kontinyu tanpa kenal musim.
Biasanya bila suatu produk hortikultura terjadi panen raya maka harga
dipasaran akan jatuh, sehingga para petani menderita kerugian, apalagi harga
benih, pupuk, pestisida maupun tenaga kerja mulai naik. Pada saat paceklik
dimana produk hortikultura langka atau tidak ada dipasaran sedangkan permintaan
banyak maka akan mengakibatkan kenaikan harga 2 sampai 3 kali lipat. Maka
dengan adanya green house ini kita dapat menanam suatu jenis / crop tanaman
horticultura diluar musim yang ada, sehingga harga jual produk tersebut dapat
dijaga sehingga keuntungan yang kita dapatkan menjadi optimal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik
budidaya tanaman jagung hibrida di greenhouse merupakan upaya yang kami lakukan
dalam praktikum ini untuk memudahkan kami dalam melakukan penelitian tentang
pertumbuhan dan perkembangan serta kendala-kendala yang terjadi pada tanaman
jagung.
Rumah
kaca atau green house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri atau
terbuat dari bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh
pemukaan bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga dengan peralatan
pengatur temperature dan kelembaban udara serta distribusi air maupun pupuk.
Rumah kaca/green house yang digunakan di Indonesia sebagian besar digunakan
untuk penelitian percobaan budidaya, percobaan pemupukan, percobaan ketahanan
tanaman terhadap hama maupun penyakit, percobaan kultur jaringan, percobaan
persilangan atau pemuliaan, percobaan hidroponik dan percobaan penanaman
tanaman diluar musim oleh para mahasiswa, para peneliti, para pengusaha dan
praktisi disemua bidang pertanian.
B. Saran
Dalam
pelaksanaan praktikum ini, masih banyak kekurangan salah satunya adalah tidak
diajarkannya cara pemasangan pupuk pada tahap-tahap berikutnya, pengendalian
dan pemberantasan terhadap hama dan penyakit, karena semua itu dilaksanakan
oleh pegawai yang ditunjuk sehingga mahasiswa tidak bisa mengetahui secara
jelas.
Tidak
adanya pemantauan dan bimbingan dari dosen pembina menyebabkan hasil praktikum
tidak maksimal sebagamana yang diharapkan oleh mahasiswa, maka dari itu untuk
pelaksanaan praktikum berikutnya, hal tersebut supaya lebih diperhatikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar